Kisah Evita Peron Terkena Kanker Serviks
'Don't cry for me, Argentina', lagu itu ditujukan buat Maria Eva Duarte de Peron atau akrab disapa Evita Peron, istri kedua dari mantan presiden Argentina Juan Domingo Peron. Evita meninggal di usia 32 tahun karena kanker serviks.
Seharusnya kanker ini dapat dicegah jika ia melakukan deteksi dini. Namun nasib tidak terlalu berpihak padanya, dan ia harus meninggal dunia akibat keganasan HPV yang menyebabkan kanker serviks.
Evita Peron terkena kanker serviks yang ditularkan dari sang suami. Peron diduga menjadi media penyebaran kanker serviks dari istri tua ke istri mudanya.
Asal tahu saja, istri pertama dari mantan presiden Argentina itu juga meninggal akibat kanker serviks pada usia 29 tahun.
"Eva Peron meninggal akibat kanker serviks dan diketahui bahwa istri pertama dari presiden Argentina saat itu juga meninggal akibat kanker serviks pada usia 29 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kaum laki-laki juga memainkan peran dalam penyebaran kanker serviks," ujar Efren J Domingo, MD, PhD, seorang profesor Obstetri dan ginekologi di University of Philippines, dalam acara diskusi tentang penanganan kanker serviks di Indonesia dan Filipina, di Hotel Lumire, Jakarta, Senin (12/4/2010).
Lebih lanjut Efren menuturkan apa yang terjadi pada Evita Peron sebenarnya dapat dicegah jika ia melakukan deteksi dini.
Karena istri pertama dari presiden Argentina waktu itu sudah meninggal terlebih dahulu akibat kanker serviks. Tentunya saat presiden berhubungan dengan istri pertamanya, ada kemungkinan virus HPV ikut terbawa dan ditransfer ke Evita melalui suaminya.
"Jenis dari HPV itu sendiri ada banyak, ada virus yang bisa menyebabkan kanker serviks tapi ada juga yang menyebabkan penyakit kutil kelamin (genital warts). Pada laki-laki biasanya terkena kutil kelamin, tapi untuk virus HPV penyebab kanker serviks tidak menunjukkan gejala apa-apa pada kaum laki-laki," ujar dr Melissa S Luwia, MHA dari bidang pelayanan sosial Yayasan Kanker Indonesia.
Efren dan Melissa ingin menunjukkan bagaimana seorang lelaki bisa menjadi media penularan dari virus HPV. Sakitnya Evita Peron adalah contoh yang paling jelas dalam kasus lelaki bisa menjadi alat penyebaran virus HPV.
Tidak semua penyakit kanker bisa diketahui secara pasti penyebabnya, tapi untuk kasus kanker serviks memang telah diketahui disebabkan oleh HPV (human pappiloma virus) yang sebagian besar disebabkan oleh penularan seksual.
"Hingga kini kanker serviks masih menjadi masalah perempuan di Indonesia, hampir 70 persen pasien yang datang sudah dalam stadium lanjut (stadium 3) sehingga harapan hidupnya semakin rendah," ungkap Dr Laila Nuranna, SpOG(K), kepala divisi onkologi ginekologi FKUI.
Dr Laila mengingatkan untuk mencegah kanker serviks jangan menunggu hingga munculnya gejala. Tanda-tanda yang muncul seperti pendarahan dari vagina, sakit panggul atau keputihan merupakan tanda bahwa kanker serviks sudah masuk ke stadium lanjut.
"Dalam kasus di Indonesia puncak pasien kanker serviks adalah usia 30-50 tahun. Tapi perjalanan dari kanker serviks ini mulai dari terpapar HPV hingga menjadi kanker dibutuhkan waktu 3-17 tahun," tambah dokter yang juga menjadi anggota POGI (Persatuan Obstetri dan Ginekologi Indonesi).
Hal ini semakin menunjukkan bahwa kanker serviks bukan hanya masalah kaum perempuan saja, karena terbukti bahwa kaum lelaki juga memiliki peran tersendiri dan penting dalam hal penyebab kanker serviks yang hanya terjadi pada kaum perempuan.
No comments:
Post a Comment