Hal yang paling fundamental dalam menentukan kualitas perilaku adalah pengenalan terhadap diri
sendiri. Rata-rata manusia hanya menggunakan 0,01% dari kemampuannya artinya masih terdapat potensi 99,99% yang belum termanfaatkan dengan baik (Joice Wycoff, Mind Maping,1991). Dengan kata lain mungkin kita juga termasuk diantara orang yang bahkan tidak menyadari potensi yang sebenarnya kita miliki.
Disamping itu perilaku kita dipengaruhi oleh sikap kita terhadap sesuatu. Sederhananya perilaku yang sifatnya implemanted tadi asalnya dari sikap kita yang masih ada dalam mindset pikiran kita. Sikap yang kita miliki sangat tergantung dari keyakinan kita terhadap konsep, keyakinan dan nilai-nilai yang kita terima sepanjang perjalanan hidup kita.
Didalam pikiran bawah sadar kita hal-hal diatas tersimpan dalam file-file yang positif dan negative. Ketika berhadapan dengan peristiwa dimasa kini kita memiliki kecenderungan untuk membuka file-file tersebut dan mengukur menurut parameter dan pengalaman kita dimasa lalu. Padahal hal ini tidak selalu benar. Memang kecenderungan manusia akan lebih banyak mengingat hal yang sifatnya negatif dibandingkan dengan hal-hal yang positif. Maka hati-hati bersikap buat anda-anda yang berprofesi sebagai penyedia jasa layanan publik. Sekali anda ketus atau tidak tanggap terhadap customer anda maka mereka akan tidak datang lagi ke perusahaan kita, masih mending kalau cuma itu. Waspadai juga kecenderungan orang untuk bercerita tentang ketidakpuasan kepada sembilan orang yang lain, serta sebaliknya kelima orang yang lain apabila semua kebutuhannya terpenuhi.
Kembali pada masalah sikap tadi ada pepatah mengatakan bahwa ”bukanlah kejadian itu yang mempengaruhi perilaku kita namun sikap kita terhadap kejadian itu”. Artinya kita memasukkannya dalam file yang negative atau positif tergantung cara kita memandang kejadian tersebut.
Berdasarkan tinjauan yang ekstensif terhadap survey yang dilakukan pada banyak perusahaan sebuah analisis menyimpulkan bahwa pertimbangan paling penting dalam menerima karyawan dan defisit paling besar antara anggota tenaga kerja baru adalah sikap kerja yang mereka bawa dalam pekerjaan mereka. Sikap dapat membantu memprediksi perilaku kerja. Misalnya jika survey sikap menunjukkan bahwa pekerja marah dengan perubahan aturan kerja dan minggu berikutnya ketidakhadiran meningkat tajam maka manajemen dapat menyimpulkan bahwa sikap negatif pada aturan kerja menghasilkan peningkatan ketidakhadiran pekerja. Pemahaman sikap juga penting karena sikap membantu orang menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja mereka.
Hambatan Mengubah Sikap
Memang pada kenyataannya merubah sikap sangat tidak mudah diantaranya pertama apabila hal itu didukung oleh sebuah komitmen bisa saja terjadi saat orang membuat komitmen pada tindakan tertentu dan tidak ingin berubah. Kedua, Akibat informasi yang tidak memadai akan membuat orang tidak melihat alasan untuk mengubah sikap. Ketiga, Melihat contoh dari orang tua, atau atasan yang tetap melakukan sikap yang negatif sehingga hal ini dianggap wajar.
Supaya pembahasan lebih komprehensif, disinggung pula mengenai karakter. Definisi karakter adalah, dalam ilmu psikologi, watak oleh orang Belanda disebut dengan ”karakter”. Karakter berasal dari bahasa Yunani yaitu Charas Sein. Yang mula-mula berarti ”coretan” atau goresan. Selanjutnya berarti stempel atau gambaran yang ditinggalkan oleh stempel itu. Jadi, di sini kita akan menganggap bahwa tingkah laku manusia adalah pencerminan dari seluruh pribadinya, dan secara sepintas menunjukkan wataknya.
Watak adalah salah satu ciri makhluk sosial. Untuk dapat diterima dilingkungan manapun kita sebaiknya mampu untuk belajar menerima lingkungan.
Sourcea: http://id.shvoong.com
No comments:
Post a Comment