Kejadian memprihatinkan itu terjadi pada Rabu (18/3) sore saat Na sedang asyik menjelajah dunia maya sebuah warnet yang beralamat di Jl Lekso, bilik nomor 12.
Di sela-sela mengunduh gambar-gambar kartun, Na mengalami kesulitan dengan proses menyimpan gambar-gambar tersebut di flash disk yang dibawanya.
Remaja yang masih duduk di bangku kelas 1 sebuah SMP ini kemudian meminta tolong operator warnet benama Agung Darmawan, 33. Namun bukan bantuan yang didapat, Agung malah melakukan pencabulan (maaf, bagian sensitif kewanitaan korban diraba-raba) di ruang bersekat yang tidak bisa diintip pengguna warnet lainnya.
“Pelaku memanfaatkan kondisi warnet yang bersekat, dan mengancam akan membunuh korban kalau tidak menuruti kemauannya,” terang Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak, Polresta Malang, Aiptu Ketut Mariyati, Jumat (20/3).
Tidak puas melakukan pencabulan di bilik komputer, Agung kemudian menyeret Na ke gudang di belakang bagian warnet dan kembali melakukan tindakan bejatnya dengan lebih ganas. Setelah puas, Agung menyuruh Na pulang dan kembali mengancam akan membunuh jika menceritakan apa yang telah dilakukannya.
“Kami sudah menangkap pelakunya kemarin. Dia bisa dijerat hukuman 15 tahun penjara,” ujarnya.
Pengamat sosial Prof H Darsono Wisadirana MS menilai, fenomena ini merupakan salah satu akibat kekerasan dunia maya (cyber bullying). Saat ini, dampak pengunaan internet sudah memasuki ranah yang menakutkan. “Ini harus menjadi perhatian serius semua orangtua. Aksi kejahatan seperti itu bisa muncul karena pelaku terlalu sering mendapatkan informasi (perilaku seksual, red) yang salah dari warnet. Sebaliknya, si anak, ia juga korban warnet,” ujar Darsono.
Kondisi ini masih ditambah model warnet yang cenderung tertutup. Ini memberi peluang bagi terjadinya perilaku menyimpang di dalamnya. “Semua ingin privasinya dihargai saat mereka chatting, game, atau berkomunikasi dengan jejaring sosial di dalam bilik internet. Situasi ini memberi kesempatan pengguna melakukan perbuatan menyimpang, apalagi bila mereka masih remaja,” katanya.
Ketua Program Ilmu Sosial Universitas Brawijaya ini mengimbau agar para orangtua lebih waspada. “Lebih baik berkorban sedikit, membuka internet di rumah daripada di warnet tapi berbahaya bagi mental anak,” tandasnya.Sumber : Surya.co.id
No comments:
Post a Comment