Inilah yang menjadi salah satu alasan Ade (40), sebut saja demikian, menggeluti bisnis tersebut. "Ini bisnis yang sangat menggiurkan. Saya sendiri awalnya tidak percaya (terhadap tingginya harga tokek). Namun, setelah saya merasakan (dapat menjual tokek) saya baru bisa percaya," katanya kepada Media Kompas.com di Jakarta, Jumat (25/9).
Ade mengaku telah satu tahun menekuni bisnis jual beli tokek tersebut. Keuntungan yang didapatkan dalam satu kali transaksi tergolong lumayan, 5 sampai 10 persen dari harga tokek. Meski begitu, ia mengaku tidak membeli semua tokek. Hanya tokek yang memiliki berat di atas 3,5 ons yang dibelinya. "Karena buat diekspor itu yang beratnya 3,5 ons ke atas. Selain itu, harga tokek di bawah 3,5 ons tidak terlalu tinggi dibanding tokek yang beratnya 3,5 ons lebih," ujar warga Kapuk, Jakarta Utara, itu.
Lebih lanjut Ade menjelaskan, harga tokek dengan berat 3,5 ons di tingkat pengekspor (tingkat atas) mencapai Rp 300 hingga Rp 400 juta, sedangkan harga tokek 3,5 ons di tingkat bawah (peternak) hanya sekitar Rp 100 juta. Hal ini karena tidak mudah membawa tokek, risikonya tinggi. "Misal kita beli di Kalimantan, kita memiliki risiko tokek mati di perjalanan atau beratnya berkurang. Karenanya harga di bawah dengan di atas beda," katanya.
Sementara untuk tokek yang memiliki berat 4 ons, menurut Ade, harganya dapat mencapai lebih dari Rp 500 juta. Di Indonesia sendiri, menurut Ade, terdapat tiga orang eksportir besar tokek, satu di antaranya merupakan bosnya. Namun, Ade enggan menyebutkan identitas para pengekspor tokek tersebut. "Kalau yang ada di internet itu mah bukan bos-nya. Itu mah broker semua," ujarnya.
No comments:
Post a Comment