Search This Blog

Sunday, September 27, 2009

Borobudur akan Jadi Lembaga Konservasi Gajah

MAGELANG--Peristiwa kelabu yang menimpa Rahmalila Utami (11 tahun) dan Ary Setyorini (10), yang jatuh saat naik gajah ketika berwisata di Candi Borobudur jum'at (25/9) lalu, tidak membuat pihak pengelola obyek wisata Borobudur menghilangkan atraksi gajah. Bahkan dalam waktu dekat ini, jumlah gajah akan bertambah dua ekor.

''Kami tidak akan mengurangi jumlah gajah di Borobudur, bahkan akan kami tambah lagi dua ekor, Borobudur akan menjadi lembaga konservasi satwa gajah,'' ujar Kepala Unit PT Taman Wisata Candi Borobudur, Pujo Suwarno, kepada sejumlah wartawan, akhir pekan lalu.

Namun demikian, Pujo mengatakan, setelah terjadi kecelakaan penunggang gajah pekan lalu, untuk membuka kembali atraksi gajah di Taman Wisata Candi Borobudur (TWCB), pihaknya masih menunggu rekomendasi dari dokter hewan terlebih dahulu.''Untuk kembali membuka atraksi gajah, kami menunggu rekomendasi dari dokter hewan yang memeriksa, terutama, terkait kondisi emosi binatang tersebut,'' jelasnya.

Sabtu akhir pekan lalu (26/9), pihak TWCB mendatangkan Mahmud Aswan, dokter hewan dari Gembiraloka Yogyakarta. Aswan memeriksa lima gajah yang dimiliki TWCB.

Menyinggung kapan penambahan gajah di TWCB ditambah, Pujo mengatakan, tinggal menunggu izin dari Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA). Dengan demiian jumlah gajah di Borobudur nantinya menjadi tujuh ekor. Lima betina dan dua jantan.

Berdasarkan hasil pemeriksaan drh Mahmud Aswan, ada gangguan hubungan yang terjadi pada kelima gajah di Borobudur. Gajah bernama Moly, yang mencelakakan dua anak asal Purworejo tersebut dibenci oleh empat gajah lainnya.

Menurutnya, kawanan gajah memiliki hubungan sosial yang sangat erat. Di kawanan tersebut, kata Mahmud, tampaknya Moly dibenci oleh keempat gajah lainnya. Hal itu terlihat, seringkali Moly dianiaya dan dimusuhi bahkan kandangnyapun harus dipisah.

Ketika pawang memberikan minum pada Moly, gajah lainnya merasa iri dan menyerang Moly. Celakanya, pada saat itu Moly tengah dinaiki dua bocah naas tersebut, sehingga mengakibatkan keduanya terjatuh.''Kalau hendak memberi makan atau minum sebaiknya semua diberi sehingga tidak terjadi perselisihan antar mereka, kebetulan Moly tidak disukai gajah lainnya, sehingga pada saat diberi minum oleh pawang, gajah lainnya tidak suka dan menyerang,'' jelas Aswan.

Menurut Aswan, peristiwa yang menimpa Rahma dan Ary murni kecelakaan karena persaingan antargajah. Kondisi gajah tidak stres atau kelelahan. Sebab, sebelum gajah-gajah tersebut 'dioperasikan' terlebih dahulu telah diberi makan yang cukup. Apalagi semua gajah yang ada di Borobudur sudah terlatih dan tidak bakal menyerang manusia.

Aswan mengatakan, dalam kecelakaan yang menimpa dua bocah asal Purworejo Jum'at (25), pekan lalu tidak sampai terinjak gajah. Sebab, jika benar salah seorang dari mereka sampai terinjak binatang yang memiliki berat puluhan kuintal, badannya pasti remuk. ''Saya kira tidak sampai gajah itu menginjak tubuh anak yang saat ini kondisinya sudah membaik, kalau terinjak pasti tubuhnya remuk,'' tegasnya. asd/eye

http://www.republika.co.id

No comments:

Post a Comment

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...